Rabu, 09 Mei 2012

Renungan Ulang Tahun.

Hari ini ada yang bertambah dan ada yang berkurang.
Bertambah, ya aku bertambah tua.
Berkurang, ya jatah umurku di dunia ini semakin berkurang.
Orang bilang "menjadi tua itu pasti,
menjadi dewasa adalah sebuah pilihan".
Sebenarnya hari ini tidak ada yang spesial - bahkan terbilang sama - seperti hari - hari lainnya. Hanya saja hari ini banyak teman dan rekan yang memberi selamat ulang tahun,

Kembali aku merenung, apa saja yang sudah kulakukan di tahun lalu dan apa yang akan kulakukan di tahun depan.

Sejenak aku ingat sebuah filosofi :

MENIRULAH PRIBADI ORANG KAMU KAGUMI,
KARENA MENIRU ADALAH JALAN  TERPENDEK UNTUK MENJADIKAN DIRI  KAMU SAMA DENGAN PRIBADI YANG KAMU  KAGUMI.
(Mario Teguh)

Kali ini, ijinkan aku meniru Mario saat berulang tahun, yakni menyampaikan perenungan singkatku atas hidupku, semoga dapat memberikan kekuatan bagi yang merasa lemah, jalan bagi yang merasa buntu, dan harapan bagi yang merasa hilang harapan.


25 tahun.Usia yang masih muda bagi sebagian orang, bahkan usia yang masih dianggap “seumur jagung”.
Tapi ada perbedaan yang kurasakan dalam  setahun terakhir ini.
Tapi ada perbedaan yang dirasakan juga oleh orang-orang disekelilingku.
Ada yang berubah...
Aku berubah.


Dulu, aku dalam manusia lamaku.
Dulu, aku sangat mengandalkan kekuatanku.
Dulu, aku selalu merasa tidak puas & bahagia.

Hingga akhirnya, aku mengalami badai hidup yang sangat besar.
Teringat saat itu, dimana tiap hari, bathin ini bergumul, bagaimana mencegah bisikan untuk lari dari kenyataan ini,

Aku berada di level terendah dalam hidupku.

Kini aku tersenyum saat mengingat pesan sebuah filsafat lagi :
“BERSYUKURLAH JIKA ENGKAU SUDAH DI LEVEL TERENDAH DALAM HIDUPMU, KARENA TIDAK ADA PILIHAN LAIN SELAIN UNTUK NAIK ”

Aku bersyukur karena pada suatu titik, aku memilih untuk berserah.
Kusadari sepenuhnya... segala kehebatanku, kepandaian & kekuatanku, sudah tidak lagi berguna.

Pada suatu titik, aku memilih untuk berserah.
Aku bersyukur, disaat ku tak mampu lagi...aku memilih kembali kepada Sang Maha Pemampu.

Kusadari kini,
Aku sebenarnya berada dalam sekolah yang disebut kehidupan.
Ada kalanya ujian itu datang, tidak lain untuk meluluskan aku naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Tak peduli usiaku,
Tingkatan yang lebih tinggi hanya bisa diraih dengan lulusnya aku saat ujian/badai datang.
Jika anda belum lulus, setua apapun aku, aku masih belum naik tingkat.

Pilihanku,
Apakah aku akan lari dari setiap badai yang menerpaku,
ataukah aku akan mencoba melewati badai dengan mengandalkan kekuatanku sendiri,
atau aku akan melewati setiap badai dengan di beri kemudahan bersama Tuhanku?

Aku, dalam manusia baruku, menyadari..
7 mei 2012 waktu Indonesia, aku genap berusia 25 tahun. Seperti setahun sebelumnya, tidak ada perayaan khusus karena akupun terkadang mengganggap biasa saja. Namun pada ultah ini aku merasa ada satu perasaan yang berbeda. Tidak tahu sebabnya apa, yang jelas saya merasa usia yang benar-benar ’serius’. Usia dimana aku merasa tidak bisa ‘main-main′ lagi.
Entahlah, apa aku sudah terkena syndrom umur karena sudah hampir memasuki kepala tiga. Ada yang bilang, life begins at 26. Rumors ini tentu saja makin mempengaruhi kejiwaan seseorang yang memasuki pertambahan usiaku ini tak dirayakan tapi aku malah larut dalam renungan yang tak bertepi. Kilas balik tentang kehidupanku selama ini. Apa yang sudahku lakukan? Apa yang sudah  kucapai? Sudahkan aku menjadi dewasa dalam arti yang sesunguhnya? Kira-kira aku hidup berapa tahun lagi ya  Kapan bisa kaya raya dan pensiun muda ya? Bagaimana kehidupan rohaniku? bisakah jadi orang yang baik? bisakah menjadi suami, ayah dan sahabat yang baik? dan seterusnya. Berbagai macam pertanyaan seolah muncul silih berganti di kepala. Jawabannya masih ada di awing-awang. All I want to do adalah berbuat yang terbaik dalam peranku saat ini.
 
Sesungguhnya hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia siakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia siakannya.

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupanku, Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat, Smoga tak kusia siakan nafasku, tak kusia siakan waktuku, Sesungguhnya Hanya Engkaulah tujuanku. Perjalanan hidupku, menempuh alam dunia menghabiskan waktu, yang tiada lama. Usia bertambah makin senja, tiada terasa tak tersadar. Semakin dekatlah ajalku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikah bukan untuk Bahagia

Menikah bukan untuk Bahagia Lalu untuk apa?? Kita menikah bukan untuk berbahagia. Kita menikah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu w...