Orang tua adalah mata
rantai terpenting dari seluruh perjalanan hidup kita. Dari ayah dan
ibulah segala cerita tentang kita bermula. Tapi tidak selalu ke sana
pula sejarah berbakti kita bermuara. Seperti sudah takdirnya,
orang-orang tua lelah membesarkan anaknya hanya untuk ditinggalkan di
hari tuanya. Mereka mengantarkan anak-anak untuk mengenali dunia yang
ramai, untuk kemudian berbalas sepi di usia senja. Kecuali orangtua
yang masih bisa tinggal bersama anak-anaknya hingga akhir hayatnya.
Tapi faktanya, tidak semua orang bernasib baik seperti itu. Maka cinta
orang tua pada anak tidak akan pernah ditebus dengan cinta anak kepada
orangtua. Seberapapun.
Hari ini,
sejenak berhentilah. Mari merenung. Mengingatlah dan jangan sekadar
teringat. Berapa banyak kebaikan yang telah kita nikmati dari orangtua
kita, lalu berapa berapa banyak kebaikan yang kita berikan untuk
mereka. Bahkan dalam urusan mengambil manfaat dari do’a-do’a, kita para
anak-anak, selalu menikmati do’a-do’a orang tua kita, biasanya demi
kebahagiaan hidup kita di dunia. Orang tua ingin melihat anaknya tumbuh
kembang bahagia, berkembang dan bertambah dewasa di jalan kebahagiaan.
Apa yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan anak-anak yang bisa
menjadi qurrata a’yun. Sedang bagi orang tua kita, puncak
manfaat yang ia rasakan dari do’a anak-anaknya, justru ketika mereka
sudah tiada. Itulah yang dijelaskan oleh Rasulullah, bahwa bila anak
manusia mati, putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal. Salah satunya
adalah do’a anak-anaknya yang shaleh. Boleh dikata, kita menikmati
kehidupan ini dengan do’a-do’a orangtua. Sementara orang tua kita,
justru sangat mengharapkan do’a-do’a kita justru setelah mereka tidak
bisa menikmati apa-apa dari kehidupan dunia.
Hari
ini, sejenak bertanyalah. Mengingatlah dan jangan sekadar teringat.
Bagaimana kabar ibu kita hari ini? Bagaimana kabar ayah kita hari ini?
Diantara kita mungkin masih ada yang bergenap orangtua. Mungkin ada
yang salah satunya telah tiada. Atau yang kedua-duanya sudah pergi
mendahului kita. Kita hanya harus memastikan, seberapa tulus dan
sungguh-sungguh kita mencintai dan membahagiakan mereka. Hidup memang
bergerak ke arah tantangan baru, zaman baru dan tuntutan baru. Tapi
seharusnya selau ada cara untuk mencintai orang tua, meski dengan
sangat bersahaja.
Jangan pernah
berpikir bahawa berbakti pada orangtua adalah soal berbalas budi. Itu
tak akan pernah bisa kita penuhi. Apalagi cinta orangtua pada kita
adalah utang yang tak pernah mereka tagih, tapi juga tak pernah bisa
kita lunasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar