KIMIA ANALISA INSTRUMENT
Kimia
analitik adalah cabang ilmu kimia yang
berfokus pada analisis
cuplikan material untuk mengetahui komposisi,
struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, kimia analitik dibagi
menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur
atau senyawa
kimia, baik organik maupun inorganik,
sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur
atau senyawa dalam suatu cuplikan. Kimia analitik modern dikategorisasikan
melalui dua pendekatan, target dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia
analitik dapat dibagi menjadi kimia bioanalitik, analisis material, analisis
kimia, analisis lingkungan, dan forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat
dibagi menjadi spektroskopi, spektrometri
massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi, mikroskopi,
dan elektrokimia.
Meskipun kimia analitik modern didominasi oleh instrumen-instrumen canggih,
akar dari kimia analitik dan beberapa prinsip yang digunakan dalam kimia
analitik modern berasal dari teknik analisis tradisional yang masih dipakai
hingga sekarang. Contohnya adalah titrasi dan gravimetri. Kimia
analisa instrumen adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan identifikasi
atau penentuan komposisi dengan bantuan instrumen (alat) khas; keuntungan
analisis berlangsung cepat dengan sedikit pereaksi baik jenis maupun jumlahnya,
dan kelemahannya bergantung pada ketelitian alat. . Beberapa alasan
perkembangan kimia analisa instrumen adalah:
a.
Banyak
zat kimia yang tidak dapat ditentukan dengan cara kimia biasa ( visual).
b.
Matriks
sampel yang dianalisa sangat sulit.
c.
Sampel
yang dianalisa kuantitasnya sangat kecil.
d.
Hasil
analisa yang cepat.
Dalam kimia analisa
instrument ada beberapa hal yang perlu dibahas yaitu:
1. Instrumen kimia UV-Vis
Spektrofotometer sesuai dengan
namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer
dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang
di absorpsi.
Pada umumnya
ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis secara
kimiawi, antara lain:
a. Spektrofotometri Vis (visibel)
b. Spektrofotometri UV (ultra violet)
c.
Spektrofotometer UV-VIS
Dan lain-lain
tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah spektrofotometri UV-VIS,
tetapi untuk lebih jelasnya akan dijelaskan terlebih dahulu secara singkat
spektrofotometri di atas
Spektrofotometri
Visibel
Pada
spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih,
merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar
tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible).
Sumber sinar
tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi
(3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan
sebagai sumber lampu.
Sample yang
dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini
menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena
itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.
Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat
yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
stabil.
Spektrofotometri UV
Berbeda dengan
spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample
dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber
sinar dapat digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy hidrogen.
Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara
hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium
diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada
intinya yang memiliki dua pertikel.Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh
mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.Oleh karena itu,
sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent
tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi.
Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi
atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus
jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi
suspensi.Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding
spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus
hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa
lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini
berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
Spektrofotometri
UV-VIS
Spektrofotometri
ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua
buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak
tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat
digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau
spektrofotometri ultraviolet-visible
(UV-Vis atau UV / Vis)
melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini
berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet
(UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang
terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di
wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi
elektronik. Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi
berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state.
Penyerapan
sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh
transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul
kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi
antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E = hv
Dimana , E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional/gugus kromofor (gugus dengan ikatan tidak
jenuh) yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah.
Dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron.
Kromofor-kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil
mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimalnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang
mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus
auksokrom pada gugus kromofor akan
mengakibatkan
pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar
(bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).
1.
Kegunaan spektroskopi UV-VIS
UV / Vis spektroskopi secara rutin
digunakan dalam kuantitatif penentuan larutan dari logam transisi ion dan
sangat dikonjugasikan senyawa organik.
a. Larutan ion
logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya) karena elektron dalam atom logam dapat tertarik dari satu
negara elektronik lainnya. Warna larutan ion logam sangat dipengaruhi oleh
kehadiran spesies lain, seperti anion tertentu atau ligan. Sebagai contoh,
warna larutan encer tembaga sulfat adalah biru yang sangat terang; menambahkan
amonia meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan maksimum (λ m
a x).
b. Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat
tinggi konjugasi, juga menyerap cahaya pada daerah UV atau terlihat dari
spektrum elektromagnetik. Pelarut untuk penentuan ini sering air untuk senyawa
larut dalam air, atau etanol untuk senyawa organik yang larut. (Pelarut organik
mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak semua pelarut yang
cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol menyerap sangat lemah di
paling panjang gelombang.).Polaritas pelarut dan pH dapat mempengaruhi
penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya, peningkatan penyerapan
maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika pH meningkat 6-13 atau ketika
polaritas pelarut berkurang.
c. Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan
warna, warna sering terlalu kuat untuk digunakan dalam pengukuran kuantitatif.
Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus dengan
konsentrasi spesies menyerap dalam larutan dan panjang jalan. Jadi, untuk tetap
jalan panjang, UV / VIS spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui seberapa cepat
perubahan absorbansi dengan konsentrasi. Ini dapat diambil dari referensi
(tabel koefisien molar kepunahan), atau lebih tepatnya, ditentukan dari kurva kalibrasi.
Instrumentasi UV-Vis
Spektroskofi
UV-VIS memiliki instrumentasi yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu ;
1. Sumber radiasi
sumber energy
cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari spectrum itu maupun daerah
ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
ranbut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram
ini memadai dari sekitar 235 atau 350 nm ke sekitar 3 µm. energy yang
dipancarkan olah kawat yang dipanaskan itu beraneka ragam menurut panjang
gelombangnya. Panas dari lampu wolfram dapat merepotkan; sringkali rumah lampu
itu diselubungi air atau didinginkan dengan suatu penghembus angin untuk
mencegah agar sampel ataupun komponen lain dari instrument itu menjadi hangat.
2. Wadah sampel
kebanyakan
spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah sampel
adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel
itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi
sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa
untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris
kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung
semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah
satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam
instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus
diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus
terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya
dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang
memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu
reprodusibel.
3. Monokromator
Monokromator
ini adalah piranti optis untuk memencilkan suatu berkas radiasi dari sumber
berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spectral yang tinggi dengan
panjang gelombang yang diinginkan. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah
masuk, kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu
berkas sejajar jatuh ke unsure pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi
difraksi. Dengan memutar prisma atau kisi itu secara mekanis, aneka porsi
spectrum yang dihasilkan oleh insur disperse dipusatkan pada celah keluar, dari
situ, lewat jalan optis lebih jauh, porsi-porsi itu menjumpai sampel.
4. Detektor
Detector dapat
memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada
beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum
yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet.
Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang
gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui
kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan
pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap
akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada
waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi
sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya,
metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang
dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut,
anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk
mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
5. Rekorder
Dan di dalam rekorder signal tersebut direkam sebagai
spektrum yang berbentuk puncak-puncak. Spektrum absorpsi merupakan plot antara
absorbans sebagai ordinat dan panjang gelombang sebagai absis.
Prinsip Kerja
UV-Vis
Pada prinsipnya
spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga yang mempengaruhi
substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya.Cahaya yang digunakan
merupakan foton yang bergetar dan menjalar secara lurus dan merupakan tenaga
listrik dan magnet yang keduanya saling tagak lurus. Tenaga foton bila
mmepengaruhi senyawa kimia, maka akan menimbulkan tanggapan (respon), sedangkan
respon yang timbul untuk senyawa organik ini hanya respon fisika atau Physical
event. Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia maka dapat terjadi
peruraian senyawa tersebut menjadi molekul yang lebih kecil atau hanya menjadi
radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.
Spektroskopi
UV-Vis digunakan untuk cairan berwarna. Sehingga sampel yang akan
diidentifikasi harus diubah dalam senyawa kompleks. Analisis unsur berasal dari
jaringan tanaman, hewan, manusia harus diubah dalam bentuk larutan, misalnya
destruksi campuran asam (H2SO4+ HNO3 + HClO4) pada suhu tinggi. Larutan sample
diperoleh dilakukan preparasi tahap berikutnya dengan pereaksi tertentu untuk
memisahkan unsur satu dengan lainya, misal analisis Pb dengan ekstraksi
dithizon pada pH tertentu. Sampel Pb direaksikan dengan amonium sitrat dan
natriun fosfit, pH disesuaikan dengan penambahan amonium hidroksida kemudian
ditambah KCN dan NH2OH.HCl dan ekstraksi dengan dithizon.
Cara kerja alat
spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi diteruskan menuju
monokromator, Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah melalui sampel dengan
sebuah cermin berotasi, Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian
secara berulang – ulang, Sinyal listrik dari detektor diproses, diubah ke
digital dan dilihat hasilnya, perhitungan dilakukan dengan komputer yang sudah
terprogram.
Aplikasi dari UV-Vis
1. Studi Fotoelektrokimia Lapisan Tipis CdS Hasil
Deposisi Metode CBD
Lapisan tipis CdS dideposisi pada
substrat gelas berlapis TCO dengan metode CBD (Chemical Bath Deposition)
menggunakan bahan dasar CdCl2 sebagai sumber ion Cd2+ dan (NH2)2 SC (Thiourea)
sebagai sumber ion S2-. Karakterisasi XRD lapisan tipis yang diperoleh
memperlihatkan puncak-puncak karakteristik CdS polikristal dengan struktur
kubik (zincblende). Absorbansi dan transmitansi optik dengan spektroskopi
UV-VIS memperlihatkan daerah absorbsi pada rentang cahaya tampak (300 nm - 500
nm) dengan maksimum pada sekitar 330 nm. Karakterisasi fotoelektrokimia
dilakukan di dalam sel elektrokimia yang berisi elektrolit 1M NaOH dan
elektrolit mengandung kompleks iodida. Respon arus foto (photocurrent)
elektroda CdS di dalam sel fotoelektrokimia memperlihatkan kebergantungan pada
panjang gelombang cahaya datang dan bersesuaian dengan absorbansi optik
spektroskopi UV-VIS. Lebar celah pita energi (energy bandgap) ditentukan
melalui kurva (Jphhv)2 vs hv (energi foton), diperoleh lebar pita energi
sebesar 2.45 eV. Hubungan rapat arus foto terhadap energi foton cahaya (hv)
juga diperlihatkan dari kurva Jph vs hv.
2. Meneliti Pengaruh Kelembaban Terhadap Absorbansi Optik
Lapisan Gelatin
Penelitian ini menyajikan studi
tentang pengaruh kelembaban terhadap absorbansi optik lapisan gelatin. Cahaya
yang melewati atau diserap film gelatin dideteksi menggunakan spektrometer
dengan panjang gelombang antara 292 nm sampai 591 nm dalam rentang daerah
ultraungu (UV) – cahaya tampak (visible). Absorbansi optik lapisan gelatin
dipindai (di-scan) dengan perlakuan variasi kelembaban udara (kelembaban nisbi,
RH). Film gelatin dideposisi menggunakan spin-coater pada kecepatan putar
tertentu di atas substrat kaca.
Absorbansi optik lapisan gelatin diamati menggunakan teknik spektroskopi dengan mengukur absorbansi dalam rentang UV-Vis. Absorbansi optik lapisan gelatin dipindai (scan) dari panjang gelombang 292 nm sampai dengan 591 nm yaitu dalam rentang cahaya ultraungu (UV) – cahaya tampak (visible). Hasil pengukuran nilai absorbansi untuk setiap panjang gelombang dalam rentang pengukuran. Dari spektrum absorbansi tersebut diketahui serapan optik lapisan gelatin berada pada daerah ultraungu (UV), antara 292 nm sampai 355 nm.
A. Sejarah
Kromatografi ditemukan oleh Tswett
pada tahun 1903. D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk
memisahkan fraksi-fraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui
sebagai penemu. Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) ditetapkan pada tahun
1938 oleh Izmailov dan Schreiber, dan kemudian disempurnakan oleh Stahl pada
tahun 1958. Hasil karya yang baik sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941
(untuk ini mereka memenangkan Nobel) untuk pengembangan kromatografi gas dan
kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin dan James mempublikasikan makalah
pertama mengenai kromatografi gas. Pada akhir tahun 1960 an, semakin
banyak usaha dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai
suatu teknik mengimbangi kromatografi gas. High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) telah berhasil dikembangkan dari usaha ini.
B. Kegunaan
1. Untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik,
maupun senyawa biologis
2. Analisis ketidakmurnian (impurities)
3. Analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap
(non-volatil)
4. Penentuan molekul-molekul netral, ionic, maupun
zwitter ion
5. Isolasi dan pemurnian senyawa
6. Pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir
sama.
7. Pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sedikit (trace
elements), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri.
C. Jenis-jenis HPLC
1. Kromatografi padatan cair (LSC)
2. Kromatografi partisi
3. Kromatografi penukar ion (IEC)
4. Kromatografi eksklusi
5. Kromatografi pasangan ion (IPC)
D. Prinsip Kerja
Kromatografi
merupakan teknik yang mana solute atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan
kecepatan elusi, dikarenakan solute-solut ini melewati suatu kolom
kromatografi.
Detektor HPLC
Yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat
digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih
luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas, terutama pada
kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika dibandingkan
dengan detektor UV.
HPLC dengan prinsip kromatografi adsorpsi banyak digunakan pada industri farmasi dan pestisida. Zat-zat dengan kepolaran berbeda, yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair. Asam-asam nukleat dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapiskan zat berpori. Pemakaian HPLC pada kromatografi eksklusi dilakukan dengan kolom panjang, tujuan utama kerjanya tetap sama yaitu penentuan berat molekul polimer dan masalah-masalah biokimia. Pada umumnya teknik ini dapat digunakan pada setiap metode kolom kromatografi.
Instrumen
pHmeter adalah peralatan laboratorium yang digunakan untuk menentukan pH atau
tingkat keasaman dari suatu sistem larutan. (Beran, 1996). Tingkat keasaman
dari suatu zat, ditentukan berdasarkan keberadaan jumlah ion hidrogen
dalam larutan. pH
adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas
ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.
4. Instrumen kimia Gas Chromatography (GC)
Merupakan suatu
instrumen yang digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik yang dapat
diuapkan dalam GC diamana titik uapnya antara 200o C- 350o C.
Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki massa molekul relatif kecil. Detektor
yang digunakan dsesuaikan dengan senyawa yang dianalisis.
GC biasanya memakai detektor flame ionization detector (FID) atau
thermal conductivity detector (TCD). Sedangkan GC-MS detektornya menggunakan mass
spectrometer (spektrometer massa).
Campuran gas dapat dipisahkan
dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi
gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair). Umumnya, untuk kromatografi
gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina
teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam
gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen,
nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih
rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan
dengan teknik ini.
Dalam
kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi
di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular,
digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang
mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan
setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam)
mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar
lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk
analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester.
Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses
dilakukan dengan teknik ini. Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya
interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair
standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini,
cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan
mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung
apakah tujuannya analisik atau preparatif.
Detektor pada
GC :
1.
Thermal
Conductivity Detector (TCD)
2.
Flame
Ionization Detektor (FID)
3. Thermionic Detector (TD)
4.
Electron
Capture Detector (ECD)
5.
Detektor Fotometri Nyala
6.
Detektor
Fotoionisasi.
7.
Detektor Mass
Spectroscopy (MS)
8.
Nitrogen
Phosphor Detector (NPD)
5.
Instrumen Spektrofotometer Infra Merah
Spektrofotometer Infra Merah adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengamati dan mengidentifikasi interaksi molekul-molekul
dan komponen-komponen organik dan anorganik dengan radiasi elektromagnetik yang
berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1,00 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Aulat ini dapat digunakan untuk mengetahui
suatu gugus fungsional dari suatu senyawa.
Prinsip kerja alat ini yaitu spektrofotometer
infra merah digunakan untuk mempelajari sifat-sifat bahan, dimana struktur zat
yang diuji dapat diamati dengan spektrogram panjang gelombang vs transmittansi
yang sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul. Spektogram dari
bahan yang sudah diketahui spektranya.
Spektra di daerah infra merah, terutama di daerah
infra merah dapat digunakan terutama untuk mempelajari sifat-sifat tertentu
suatu bahan. Perubahan struktur yang sedikit saja dapat memberikan perubahan
yang dapat diamati pada spektrogram panjang gelombang vs transmittansi.
Perubahan ini sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul.
Dasar
Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan atas senyawa
yang terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola
yang saling terikat oleh pegas seperti tampak pada gambar disamping ini. Jika
pegas direntangkan atau ditekan pada jarak keseimbangan tersebut maka energi
potensial dari sistim tersebut akan naik.
Metode Spektroskopi inframerah ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui,
karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut.
Metode ini banyak digunakan karena:
a. cepat dan relatif murah
b. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional dalam molekul.
c.
Spektrum
inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu
dapat menyajikan sebuah finger print (sidik jari) untuk senyawa tersebut.
Setiap senyawa
pada keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu :
- Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.
- Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan
- Gerak Vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.
Berdasarkan pembagian daerah panjang
gelombang , sinar inframerah dibagi atas tiga daerah yaitu:
a. Daerah inframerah dekat
b. Daerah inframerah pertengahan
c.
Daerah
inframerah jauh
Penggunaan dan Aplikasi
Spektroskopi
inframerah biasanya digunakan untuk penelitian dan digunakan dalam industri
yang sederhana dengan teknik yang sederhana dan untuk mengontrol kualitas. Alat
spektroskopi inframerah cukup kecil dan mudah dibawa kemana-mana dan kapanpun
dapat digunakan. Dengan meningkatnya teknologi komputer memberikan hasil yang
lebih baik. Spektroskopi inframerah mempunyai ketepatan yang tinggi pada
aplikasi kimia organik dan anorganik. Spektroskopi inframerah juga sukses
kegunaannya dalam semikonduktor mikroelektronik: untuk contoh, spektroskopi
inframerah dapat digunakan untu semikonduktor seperti silikon, gallium
arsenida, gallium nitrida, zinc selenida, silikon amorp, silikon nitrida, dan
sebagainya.
6. Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Pengertian
Spektrofotometer
Serapan Atom (AAS) adalah
suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur
logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom
bebas.
Prinsip Dasar
Spektrofotometer serapan atom (AAS)
merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat
luas di berbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya
analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah
membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan
mudah dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur,
spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam
layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya
dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan
IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana
penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung
pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri
atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur
fotometerik.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih
dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu
memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu
unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang
diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61
logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber
cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi,
kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper
digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan
radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus
(DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi
atau sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan
dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan
mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih
tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut
akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom
dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai
dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
Cara Kerja AAS :
1. pertama-tama gas di buka terlebih
dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara
berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum
Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ”apakah ingin mengganti lampu
katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu
individual command, dimasukkan nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak
dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju
posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan
dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti
lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu
select element and working mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan
mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian
muncul tampilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan
mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ;
unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3
ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga
selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/
pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur
logam.
9. Pada menu measurements pilih measure
sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga
garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data
keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan
kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada
perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang
dihasilkan turun dan lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva
naik dan belok baru dilakukan pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan
pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data
dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada
baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai,
aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu
burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
Bagian-Bagian pada AAS
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya
pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam.
Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan
untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal. Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal. Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah
bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit
AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya
waktu pemakaian dicatat.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan
merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki
kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih
panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,
dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada
di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau
tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat
regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara
atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar.
Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk.
Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat
menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat
membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
c. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap
untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan
pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan
oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar ppolusi yang
dihasilkan tidak berbahaya. Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan
menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup
rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk
ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat. Penggunaan
ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila
lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk
menghisap hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui
cerobong asap yang terhubung dengan ducting
d. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah
dengan main unit, karena alat iniberfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang
akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3
tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol
ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan
dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang
kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang
akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor
digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat
ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan,
merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap
air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai
sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan
bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah.,
dan uap air akan terserap ke lap.
e. Burner
Burner merupakan bagian paling
terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat
pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari
proses pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai
pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi
aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator
dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk
menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan
burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas
asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus
dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam
yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke
energi tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang
berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
paling baik, dan paling panas, dengan konsentrasi
Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam
drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang
buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya
tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan
akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen)
ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu
indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala
api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan
tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
Keuntungan metode AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan
dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas deteksi yang rendah dari
larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan, pengukurannya
langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis, dapat
diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm
sampai %). Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh
ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga
menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks
misalnya pelarut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar