Penetapan Absorbsi KMnO4
Spektroskopi
adalah studi mengenai interaksi antara energy cahaya dan materi. Warna yang
tampak dan fakta bahwa orang bisa melihat adalah akibat absorbansi energi oleh
senyawa organik maupun senyawa anorganik. Panjang gelombang dimana suatu
senyawa organik menyerap energi bergantung pada struktur senyawa itu, sehingga
teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang
tidak diketahui dan untuk mempelajari karakteristik ikatan dari senyawa yang
diketahui.
Spektoskopi
adalah suatu keadaan yang terjadi jika suatu cahaya mengenai suatu benda atau
materi. Kemudian cahaya itu bisa jadi diserap, dihamburkan, diteruskan, dan
dipancarkan kembali oleh materi itu dengan l yang sama
maupun berbeda. Apabila benda itu diubah atau dibelokkan sudut getarnya, maka
disebut polarimetri. Suatu larutan yang mempunyai warna khas dapat menyerap
sinar dengan l ttt. Dalam hubungannya dengan
senyawa organik, maka senyawa ini mampu menyerap cahaya. Senyawa organik mempunyai
elektron valensi yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Hal
penting yang mendasari prinsip ini adalah bahwa penyerapan sinar tampak atau ultraviolet dapat
mengakibatkan ttereksitasinya electron dari molekul.
Spektrofotometri
adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa
berdasarkan kemampuan senyawa tersebut maengabsorbsi berkas sinar atau cahaya.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsikan.
(Riyadi, 2008)
Istilah
spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh
suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran
panjang absorbsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu.
(Underwood,1994)
Secara umum
spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu: spektrofotometer
ultraviolet, spektrofotometer sinar
tampak, spektrofotometer inframerah, dan
spektrofotometer serapan atom.
(Hadi, 2009)
Ketika cahaya
melewati melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan yang pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah
cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan
perbedaan energy dasar dan energy eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah
yang menjadi dasr pengukuran dari absorbansi dalam spektrofotometer.
(Aisyah, 2009)
Cara kerja
spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber
sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel). Banyaknya
cahaya yang diteruskan maupun diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor
yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca.
(Hadi, 2009)
Unsur-unsur
penting suatu spektrofotometer, yaitu:
1.
Sumber
energi radiasi yang kontinue dan meliputi daerah spektron
2.
Monokromator
3.
Wadah
untuk sampel
4.
Defektor:
transducer yang mengubah energi radiasi menjadi isyarat listrik.
5.
Penguat
dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok diamati
6.
Sistem
pembacaan yang mempertunjukkan besar isyarat listrik (indikator)
Skema
spektrofotometer
|
|
|
|
|
|
|
Suatu larutan
yang mempunyai warna khas dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang ttt.
Suatu sinar bila mengenai suatu media, intensitasnya akan berkurang. Hal ini
disebabkan karena adanya serapan dabn sebagian kecil dipantulkan oleh media.
(R.A. Day,1989:
397-403)
Prinsip kerja
dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi sampel dengan menggunakan
kurva standar yang menghubungkan antara konsentrasi sampel dengan
absorbansinya. Larutan sampel yang digunakan memiliki lima konsentrasi yang
berbeda. Lima konsentrasi tersebut diukur panjang gelombangnya untuk mengetahui
konsentrasi yang sebenarnya.
Transmitasi
(T) sering dinyatakan dengan presentase (% T), dimana:
T = P/Po
Absorbansi
(A) suatu larutan dinyatakan dengan persamaan:
A = - log T =
log P/Po
Berbeda dengan
transmitasi, absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar.
Dengan kata lain, absorbansi (A) adalah besarnya intensitas sinar yang diserap
suatu medium. Absorbansi tergantung pada jarak yang dijalani oleh radiasi
meleati larutan, panjang gelombang radiasi dan sifat jenis zat molekular dalam
larutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbansi yaitu jenis pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang
tinggi, dan zat pengganggu. Penyimpanannya jika zat pewarna mengion,
berdisosiasi atau berasosiasi dengan larutan serta membentuk ion kompleks yang
posisinya bergantung pada konsentrasi dan cahaya tidak monokromatis.
(Hedayana dkk, 1994: 145)
Hukum lambert menyatakan bahwa
cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas
oleh bertambahnya ketebalan berbanding lurus dengan intensitas cahaya.
Hukum Beer
menyatakan bahwa intensitas cahaya berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier. Hukum Beer hanya digunakan
tepat untuk radiasi monokromatis dan sifat macam zat yang menyerap diatas
jangkauan konsentrasi yang bersangkutan.
(Denney, 1994)
Lambert-Beer mengamati hubungan antara
intensitas sinar (monokromatis) mula-mula dengan intensitas sinar
(monokromatis) setelah melalui media, yang persamaannya:
Log Io/It = ebc
Dimana,
Io
= Intensitas mula-mula
It
= Intensitas setelah melalui media
e = absorbtivitas molar
b
= tebal media / larutan
c
= konsentrasi larutan
dari persamaan teresebut, log (Io/It)
merupakan absorbansi (A). Grafik antara absorbansi dengan konsentrasi media
larutan berwarna berupa garis lurus yang melalui pusat sumbu.
|
Dari grafik
diatas, dapat dilihat hubungan konsentrasi (C) dan absorbansi (A) berbanding
lurus, yaitu semakin besar konsentrasi maka absorbansi semakin besar.
(R.A.
Day, 2002: 994)
Agar perubahan
absorbansi oleh perubahan konsentrasi lebih sensitif dan lebih cepat, maka
panjang gelombang dengan serapan maksimum.
(Tim Kimia Dasar, 2011: 9)
Syarat-syarat
penggunaan Hukum Beer
1.
Syarat
Konsentrasi
2.
Syarat
Kimia
3.
Syarat
Cahaya
4.
Syarat
Kejernihan
(Keenan dkk,
1996)
Penyimpangan
Hukum Lambert-Beer
1.
Alur
absorbansi versus konsentrasi molar akan berupa tidak linier sepanjang seluruh
jangka konsentrasi
2.
Nilai
e
tidak tergantung pada sifat dasar spesies penyerap dalam larutan dan panjang
gelombang radiasi karena tidak mampu mengawasi kedua aspek tersebut.
3.
Nilai
e
untuk suatu zat dalam larutan berubah dengan perubahan indeks bias yang
tergantung pada konsentrasi
4.
Radiasi
yang relatif kuat yang melalui suatu medium yang hanya mengandung sedikit molekul penyerap, dimungkinkan
molekul tereksitasi ke keadaan energi
yang lebih tinggi oleh sebagian foton yang tersedia sehingga tidak ada peluang
untuk absorbansi lanjut
5.
Karakteristik
instrumen yang disebabkan efek kelebihan defektor ketidaklinieran pengganda dan
piranti kaca serta ketidakstabilan sumber-sumber radiasi atau cahaya
6.
Radiasi
polikromatik yang menyebabkan lapisan kedua tidak akan menyerap fraksi radian
yang sama seperti lapisan pertama
(Hadyana, 1992)
Hukum
Lambert-Beer mengindikasikan bahwa absorbtivitas adalah konsentrasi yang
konstan, panjang gelombang yang kecil dan intensitas radiasi. Hukum tersebut
tidak menyinggung efek dari temperatur (suhu), panjang gelombang dan sifat
alamiah yang terlarut. Dalam prakteknya, temperatur ditemukan hnaya sebagai efek
kedua, jika tidak mengubah skala luas. Konsentrasi larutan akan berubah sedikit
dengan perubahan temperatur karena perubahan volume.
(Galen, 1994:
58)
Titrasi redoks
adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau
sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan
titran. Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada pada reaksi redoks.
Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator.
Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sampel.
Pada
Permanganometri, titran yang digunakan adalah Kalium Permanganat. Kalium Permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali
digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan reaksi
(Day, 1980)
Kalium Permanganat distandarisasikan
dengan menggunakan Asam Oksalat. reaksi terjadi: 2MnO4- +
5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ +10CO2 + 8H2O
Akhir titrasi
ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
(pdkt1-tekim-undip.weebly.com)
Larutan
permanganat tidak stabil kaarena mudah terurai. Penguraian Kalium Permanganat
dapat dipercepat oleh cahaya, energi panas, asam, basa, ion Mn2+,
dan MnO2. Oleh karena itu, s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar