Dengan karakteristik yang relatif lebih unggul dibandingkan bahan bakar lain (tentang gas bumi dapat dibaca pada tulisan terdahulu), beberapa tahun belakangan ini BBG (Bahan Bakar Gas) menjadi ‘primadona’ bagi kalangan industri untuk bisa menghemat biaya produksinya. Meskipun, kenyataan pahit harus diterima dengan semakin berkurangnya cadangan gas bumi di Indonesia terlepas dari kebijakan ekspor komoditi ini ke luar negeri. Industri-industri yang baru berminat mengkonsumsi gas alam pun harus rela ‘mengantri’ hingga pasokan gas mencapai keseimbangan antara supply dan demand. Saat ini, neraca gas Indonesia mengalami ketimpangan di mana kebutuhan gas industry melebihi jumlah ketersediaan pasokan gas.
Selain keunggulannya yang ramah lingkungan, efisiensi penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pun cukup menggiurkan. Apalagi kalau bukan efisiensi biaya. Berikut ini saya mencoba membuat ilustrasi tentang besaran penghematan yang diperoleh suatu industri jika menggunakan gas alam dibandingkan dengan bahan bakar lain. Contoh yang akan saya sampaikan berikut dengan perbandingan bahan bakar minyak (BBM) yaitu solar.
Data awal yang perlu diketahui adalah nilai kalori (NK)/ heating value dari bahan-bakar
No.
|
Bahan Bakar
|
Nilai Kalori
|
Unit
|
1
|
Gas Alam |
8.988
|
kkal/m3
|
2
|
Solar |
9.063
|
kkal/l
|
3
|
LPG |
11.200
|
Kkal/kg
|
4
|
IDO |
9.270
|
Kkal/l
|
5
|
Kerosene |
8.840
|
Kkal/l
|
6
|
Batubara |
6.000
|
Kkal/kg
|
Perhitungan selanjutnya cukup sederhana, yaitu dengan membandingkan kedua NK bahan bakar tersebut, dalam hal ini NK gas bumi dengan NK solar.
Faktor konversi 1 liter Solar = 1 l x [9063 (kkal/l) / 8988 (kkal/m3) ] = 1,008 m3 gas bumi
Sehingga, 500.000 m3 solar = 504.172 m3 gas bumi
Biaya pemakaian kedua bahan bakar tersebut dapat diketahui, yaitu;
Solar = 500.000 (l/bln) x 5.350 Rp/l = Rp 2.675.000.000,-
Gas Bumi = 504.172 (m3/bln) x 2.150 Rp/m3 = Rp 1.084.131.056,-
Maka, efisiensi biaya yang bisa dihemat jika menggunakan gas bumi sebesar = Rp 1.590.868.944,- (1,6 Milyar). Wow!! Penghematan yang sungguh fantastis! Selain itu, semakin besar nilai kalori gas bumi, maka efisiensinya pun semakin tinggi.
Jika investasi yang dibutuhkan untuk mebuat instalasi baru sebesar Rp 500 juta, maka tidak sampai 1 bulan pemakaian, modal investasi sudah kembali.
Data-data tentang nilai kalori bahan bakar dan harga komoditi bahan bakar pada contoh perhitungan diatas hanyalah ilustrasi, jika terdapat perbedaan dapat disesuaikan.
Selain turut serta menggunakan energi yang ramah lingkungan, ternyata konsumsi gas bumi sebagai bahan bakar juga meghasilkan keuntungan financial yang cukup besar. Makanya, sangat disayangkan karena ternyata mencapai 60% dari total produksi nasional gas bumi kita diekspor ke luar negeri. Meski belakangan pemerintah berupaya keras menguranginya dengan melakukan renegosiasi kontrak. Semoga terwujud, sehingga bangsa kita sendiri yang bisa menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar