Rabu, 31 Oktober 2012

Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an (Al-Hifdz At-Tarbawi)
Sesungguhnya, menghafal Al-Qur’an dalam bentuk Al-Hifdz At-Tarbawi (hafalan untuk pendidikan) terangkum dalam tahapan-tahapan berikut ini.
1. Sebaiknya, permulaan hafalan Al-Qur’an dimulai dari surat An-Naas lalu Al-Falaq, yakni kebalikan dari urutan surat-surat Al-Qur’an. Cara seperti ini akan memudahkan tahapan dalam perjalanan menghafal Al-Qur’an serta memudahkan latihan dalam membacanya dalam shalat baik bagi murid yang masih kecil atau yang sudah dewasa. Metode pengelompokkan berdasarkan surat lebih mudah dibandingkan dengan pengelompokkan berdasarkan juz.
2. Membagi hafalan menjadi dua bagian:
Pertama, hafalan baru,
Kedua, membaca Al-Qur’an ketika shalat.
3. Mengkhususkan waktu siang, yaitu dari fajar hingga Maghrib untuk hafalan baru.
4. Mengkhususkan waktu malam hari, yaitu dari adzan Maghrib hingga adzan Fajar untuk membaca Al-Qur’an didalam shalat.
5. Membagi hafalan baru menjadi dua bagian:
Pertama, hafalan dan kedua, pengulangan. Hafalan sebaiknya ditentukan waktunya setelah shalat Fajar dan setelah Ashar, sedangkan pengulangan dilakukan setelah shalat sunnah atau wajib sepanjang siang hari.
6. Meminimalkan kadar hafalan baru dan lebih fokus pada pengulangan ayat-ayat yang telah dihafal.
7. Membagi ayat-ayat yang telah dihafal menjadi tujuh bagian sesuai dengan jumlah hari dalam sepekan, sehingga membaca setiap bagian dalam shalat setiap malam. Inilah yang dinamakan membaca Al-Qur’an di dalam shalat yang lebih dikenal dengan muraja’ah.
8. Setiap kali bertambah kadar hafalan, maka sebaiknya diulangi pembagian pengelompokkan pekanannya agar sesuai dengan kadar tambahannya.
9. Hafalan sebaiknya dibagi per surat.
10. Tidak dianjurkan bahkan tidak diperbolehkan untuk melewati surat apapun hingga ia menghafalnya secara keseluruhan, seberapa pun panjangnya.
11. Dianjurkan sekali untuk mendengarkan surat-surat yang akan digunakan shalat malam kepada orang lain.
12. Apabila ditengah-tengah shalat malam mengalami kelemahan dalam hafalan sebagian surat, maka sebaiknya dilakukan pengulangan kembali di siang hari pada hari berikutnya. Dalam keadaan seperti ini, sebaiknya jangan memulai hafalan baru.
13. Hindari tergesa-gesa ketika membaca Al-Qur’an-bahkan dalam menghafal surat-surat baru- dengan alasan ingin menguatkan hafalan. Tergesa-gesa dalam membaca Al-Qur’an merupakan salah satu sikap lalai terhadap Al-Qur’an.
14. Sangat baik mendidik keluarga dengan metode Al-Hifdz At-Tarbawi. Caranya, dengan membuat jadwal pekanan bagi setiap anggota keluarga dan memperdengarkan hafalan kepada mereka di siang hari, mengingatkannya kepada mereka, memotivasi mereka untuk membacanya ketika shalat malam, serta membekali mereka supaya bisa berlatih sehingga tumbuh dan berkembang di atas Al-Qur’an.
15. Membaca apa yang telah ia hafal-walapun satu surat- setiap pekan. Pertama, membaca sebuah surat setiap tujuah hari, lalu membacanya lagi setiap tiga puluh hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikah bukan untuk Bahagia

Menikah bukan untuk Bahagia Lalu untuk apa?? Kita menikah bukan untuk berbahagia. Kita menikah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu w...