Minggu, 04 November 2012

Konversi BBM ke BBG (Gas Bumi)

Konversi BBM ke BBG (Gas Bumi)


Gas bumi atau gas alam, dalam dunia industri dikenal sebagai alternatif bahan bakar bagi industri, selain lebih ramah lingkungan gas bumi juga bisa menghemat biaya produksi dibandingkan dengan bahan bakar lain. Adapun jenis-jenis bahan bakar yang banyak digunakan dalam industri antara lain: minyak tanah (kerosene), bensin (premium), minyak diesel atau IDO (Industrial Diesel Oil), batubara, dan LPG.
Dengan karakteristik yang relatif lebih unggul dibandingkan bahan bakar lain (tentang gas bumi dapat dibaca pada tulisan terdahulu), beberapa tahun belakangan ini BBG (Bahan Bakar Gas) menjadi ‘primadona’ bagi kalangan industri untuk bisa menghemat biaya produksinya. Meskipun, kenyataan pahit harus diterima dengan semakin berkurangnya cadangan gas bumi di Indonesia terlepas dari kebijakan ekspor komoditi ini ke luar negeri. Industri-industri yang baru berminat mengkonsumsi gas alam pun harus rela ‘mengantri’ hingga pasokan gas mencapai keseimbangan antara supply dan demand. Saat ini, neraca gas Indonesia mengalami ketimpangan di mana kebutuhan gas industry melebihi jumlah ketersediaan pasokan gas.
Selain keunggulannya yang ramah lingkungan, efisiensi penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pun cukup menggiurkan. Apalagi kalau bukan efisiensi biaya. Berikut ini saya mencoba membuat ilustrasi tentang besaran penghematan yang diperoleh suatu industri jika menggunakan gas alam dibandingkan dengan bahan bakar lain. Contoh yang akan saya sampaikan berikut dengan perbandingan bahan bakar minyak (BBM) yaitu solar.
Data awal yang perlu diketahui adalah nilai kalori (NK)/ heating value dari bahan-bakar
No.
Bahan Bakar
Nilai Kalori
Unit
1
Gas Alam
8.988
kkal/m3
2
Solar
9.063
kkal/l
3
LPG
11.200
Kkal/kg
4
IDO
9.270
Kkal/l
5
Kerosene
8.840
Kkal/l
6
Batubara
6.000
Kkal/kg
Misal, konsumi solar PT A per bulan = 500.000 l/bln, harga solar di pasaran industri dikutip dari website Pertamina adalah 5.350 Rp/liter (harga tahun 2005). Sedangkan harga jual gas bumi berbeda-beda tergantung dari jenis industri dan kontrak pembeliannya (sumber: PGN). Untuk contoh ini, saya menggunakan ilustrasi harga kontrak K-1, yaitu 2.150 Rp/m3 (info lebih lanjut tentang harga gas bumi, kontak langsung saja ke perusahaan tersebut ya.. :) )
Perhitungan selanjutnya cukup sederhana, yaitu dengan membandingkan kedua NK bahan bakar tersebut, dalam hal ini NK gas bumi dengan NK solar.
Faktor konversi 1 liter Solar = 1 l x [9063 (kkal/l) / 8988 (kkal/m3) ] = 1,008 m3 gas bumi
Sehingga,  500.000 m3 solar = 504.172 m3 gas bumi
Biaya pemakaian kedua bahan bakar tersebut dapat diketahui, yaitu;
Solar = 500.000 (l/bln) x 5.350 Rp/l = Rp 2.675.000.000,-
Gas Bumi = 504.172 (m3/bln) x 2.150 Rp/m3 = Rp 1.084.131.056,-
Maka, efisiensi  biaya yang bisa dihemat jika menggunakan gas bumi sebesar = Rp 1.590.868.944,- (1,6 Milyar). Wow!! Penghematan yang sungguh fantastis! Selain itu, semakin besar nilai kalori gas bumi, maka efisiensinya pun semakin tinggi.
Jika investasi yang dibutuhkan untuk mebuat instalasi baru sebesar Rp 500 juta, maka tidak sampai 1 bulan pemakaian, modal investasi sudah kembali.
Data-data tentang nilai kalori bahan bakar dan harga komoditi bahan bakar pada contoh perhitungan diatas  hanyalah ilustrasi, jika terdapat perbedaan dapat disesuaikan.
Selain turut serta menggunakan energi yang ramah lingkungan, ternyata konsumsi gas bumi sebagai bahan bakar juga meghasilkan keuntungan financial yang cukup besar. Makanya, sangat disayangkan karena ternyata mencapai 60% dari total produksi nasional gas bumi kita diekspor ke luar negeri. Meski belakangan pemerintah berupaya keras menguranginya dengan melakukan renegosiasi kontrak. Semoga terwujud, sehingga bangsa kita sendiri yang bisa menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikah bukan untuk Bahagia

Menikah bukan untuk Bahagia Lalu untuk apa?? Kita menikah bukan untuk berbahagia. Kita menikah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu w...